Senin, 16 Desember 2013

Betulkah kita kekurangan makanan? atau kita terlalu banyak membuang makanan??

Sedih rasanya kalau membaca berita tentang daerah yang rawan pangan atau daerah yang terkena bencana kekeringan sehingga kekurangan air. Benarkah sumber pangan sudah mulai berkurang atau kita yang belum pandai memanfaatkan sumber daya tersebut? Beberapa artikel menyebutkan di beberapa tempat manusia belum pandai mengelola sumber pangan sehingga banyak makanan yang terbuang seperti di: 


http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/11/sepertiga-makanan-di-dunia-terbuang-percuma

Sepertiga Makanan di Dunia Terbuang Percuma

Secara teori seperempat dari yang terbuang itu bisa memberi makan 842 juta orang kelaparan di dunia.
Ternyata, banyak bahan makanan yang dibuang percuma.
Data statistik berikut sangat mencengangkan dan membuat kita akan sayang untuk membuang makanan.
  • Per tahun diperkirakan sebanyak empat miliar ton makanan dibuat. Sepertiganya akan terbuang percuma.
  • Secara teori seperempat dari yang terbuang itu bisa memberi makan 842 juta orang kelaparan di dunia.
  • Setiap tahun, konsumen di negara-negara kaya membuang 222 juta ton makanan yang sebenarnya bisa memberi makan satu Benua Afrika.
  • Produksi makanan yang kemudian terbuang itu menghabiskan 250 kubik kilometer air yang setara dengan air di 4.5 miliar bak mandi.
  • Sebanyak 28% ladang gandum akan terbuang percuma sebab gandumnya tidak dimakan sama sekali.
  • Di Republik Rakyat Cina sebanyak 45% produksi beras akan terbuang percuma. Di Vietnam adalah 80%. Secara keseluruhan di Asia Tenggara akan hilang 118 juta ton beras karena tranpsportasi buruk dan penyimpanan yang tidak baik.
  • Di Jerman diperkirakan antara 11-20 juta ton makanan terbuang percuma. Sebanyak 43.3% yang terbuang adalah sayuran, dan 15.1% adalah roti-rotian. Rata-rata per orang di Jerman membuang makanan seberat empat kilogram/tahun.
  • Di negara-negara berkembang, makanan hilang pada tahap awal yakni ketika memanen hasil yang ditanam, ditambah lagi infrastruktur yang buruk.
  • Di Amerika Serikat, sebanyak 30% semua makanan yang senilai US$48.3 miliar.
Terbuangnya makanan secara percuma ini juga menyeret faktor lain seperti air, tanah dan energi yang membantu terciptanya makanan tersebut. Tak hanya itu, karena percuma maka kontribusi akan emisi gas buangnya juga malah merugikan kita.
(M Takdir. Sumber: intisari-online.com)

Beberapa tulisan di atas serupa dengan tulisan di sini: 

http://www.apasih.com/2011/05/taukahkamu-makanan-yang-terbuang-di.html

Peneliti dari Swedish Institute for Food and Biotechnology (SIK) for Save Food! melakukan studi dengan menghasilkan beberapa penemuan penting, seperti dikutip dari FAO.org :


  1. Negara maju dan berkembang kira-kira membuang makanan dalam jumlah yang sama yaitu masing-masing 670 dan 630 juta ton.
  2. Setiap tahun, sampah makanan dari negara-negara kaya sebanyak 222 juta ton, jumlah ini mirip dengan produksi pangan di negara Afrika sub-Sahara yaitu sebesar 230 juta ton.
  3. Jenis makanan yang paling sering terbuang adalah buah, sayuran serta makanan umbi-umbian.
  4. Jumlah makanan yang hilang atau terbuang setiap tahunnya setara dengan lebih dari setengah hasil panen sereal di dunia (2,3 miliar ton di tahun 2009/2010).

Limbah makanan oleh konsumen di negara Eropa dan Amerika Utara sekitar 95-115 kg per tahun, sedangkan di negara Afrika sub-Sahara, Asia Selatan dan Tenggara sekitar 6-11 kg per tahun.

Diketahui jumlah produksi pangan per kapita untuk masyarakat di negara kaya sekitar 900 kg per tahun, jumlah ini hampir dua kali lipat dibanding produksi di negara miskin yaitu sekitar 460 kg per tahun.

Solusi yang diberikan oleh peneliti adalah mengurangi ketergantungan pada pengecer sehingga bisa membantu mengurangi sisa makanan yang terbuang serta menyarankan untuk menjual produk pertanian langsung ke konsumen.

Sedangkan untuk negara berkembang kuncinya terletak pada memperkuat rantai suplai makanan, mendorong investasi di bidang infrastruktur dan transportasi serta meningkatkan perhatian terhadap proses pengolahan, penyimpanan dan kemasan.

Konsumen juga diminta mengubah pola berbelanjanya agar tidak membeli makanan melebihi kebutuhannya sehingga tidak membuang makanan tersebut akibat melewati batas kadaluarsanya.



Di Inggris ada yang telah melakukan penelitian tentang makanan seperti: 

http://www.bbc.co.uk/indonesia/blogs/2013/10/131024_blog_makananterbuang.shtml

(sayang tidak disebutkan siapa nara sumber aslinya)

Saya mulai perhatikan jumlah makanan yang terpaksa dibuang ini setelah jaringan supermarket Tesco mengungkapkan bahwa mereka mencatat hampir 30.000 ton makanan terbuang pada enam bulan pertama tahun 2013.
Dari jumlah makanan yang terbuang sebanyak itu, 21% di antaranya adalah buah-buahan, sayuran serta 41% produk roti.
Dengan menggunakan data supermarket itu sendiri, Tesco juga memperkirakan di seputar industri makanan di Inggris secara keseluruhan, 68% salad yang dijual dalam bungkus plastik terbuang, 35% di antara oleh konsumen.

Konon setelah ada promosi bahan makanan murah di supermarket, masyarakat banyak berbondong bondong membeli  tapi kemungkinan besar mereka tak dapat menghabiskannya sehingga makanan ini berakhir di dalam tong sampah.

Jumlah makanan yang terbuang ini didapat dengan mendata 25 produk makanan yang paling laku dan informasi itu digabungkan dengan data badan pemerintah yang menangani pengurangan sampah, Waste and Resources Action Programme (WRAP).

informasi itu bisa juga didapat di sini:
http://food.detik.com/read/2013/12/12/184849/2440708/297/beli-buah-dan-sayur-cacat-bisa-kurangi-jumlah-makanan-terbuang


Seperti dikabarkan BBC (12/12/2013), Matt Simister selaku Direktur Persediaan Makanan Tesco mengatakan, “Konsumen di Inggris berkontribusi pada masalah limbah makanan karena mereka hanya memilih buah atau sayur yang sempurna.”

Menurut Simister, konsumen di Inggris tidak bersedia membeli buah atau sayur yang cacat. “Mereka memilih produk yang sempurna, tidak seperti konsumen di Eropa Tengah dan Timur,” jelasnya.

Untuk mengatasi hal ini, Tesco sebagai salah satu jaringan swalayan terbesar di Inggris bisa melakukan sesuatu. Bersama Sub-komite Pertanian House of Lord’s European Union, Simister mencari cara agar konsumen di Inggris mau membeli buah atau sayur yang sudah tua, jelek, atau cacat.

Tesco akan menempatkan lebih banyak produk cacat dalam rak penjualan dengan harga yang lebih murah. “Selama ini kami menempatkan produk kelas satu di Inggris dan kelas dua di pasar makanan Eropa Tengah dan Timur. Kini Tesco mempertimbangkan untuk memasukkan wortel cacat ke dalam sirkulasi penjualan di Inggris,” ujar Simister.

Tesco melaporkan, selama enam bulan pertama di tahun 2013 pihaknya membuang hampir 30 ribu ton limbah makanan. Sebanyak 21 persen terdiri dari buah dan sayur, sedangkan 41 persen merupakan roti.

Dari artikel di atas terlihat masalah pemubaziran makanan ini terjadi di level daerah dan di dalam rumah sehingga perlu dilakukan perbaikan dari skala pemerintah hingga pada masing masing individunya. Peranan pemerintah cukup besar untuk dapat menghentikan pemubaziran makanan ini mulai dari kebijakan kebijakan pemerintah pada masalah distribusi, penyimpanan logistik, transportasi dll. Sementara dari pihak swasta seperti supermarket dan toko mungkin dapat mulai dari memisahkan bahan makanan yang masih segar dengan makanan yang sudah cacat atau sudah hampir kedaluarsa dan mengurus seluruh bahan makanan tersebut dengan berbagai cara entah dengan menjualnya dengan harga murah pada konsumen atau mendonasikannya pada rumah yatim, dll. Dari pihak individu kita harus cermat memilih makanan dan mengatur pengelolaan makanan pada diri kita sendiri dan keluarga. 

 Seperti saran di bawah ini: 
http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/learn-english/features/dibuang-sayang-tips-untuk-mengurangi-makanan-terbuang-siasia

Dengarkan audio untuk mengikuti obrolan David Baker dengan wartawan ABC, Michael McKenzie, mengenai makanan yang terbuang sia-sia di Australia.
Berikut ini beberapa saran David dan Michael untuk meminimalkan bahan makanan yang terbuang :
- rencanakan menu supaya tahu apa saja yang akan dibeli dan seberapa banyak jumlahnya
- bawa daftar belanja dan kantong sendiri kalau pergi berbelanja, untuk menghindari membeli bahan makanan yang tidak benar-benar dibutuhkan
- pelajari bagaimana cara menggunakan lagi sisa makanan, misalnya dengan mengolahnya lagi menjadi makanan lain
- bilamana mengundang orang makan di rumah, persilakan mereka mengambil sendiri makanan, untuk meminimalkan sisa makanan yang tidak bisa digunakan kembali
- berikan sisa makanan kepada hewan piaraan, kalau memungkinkan

 Ada juga beberapa yang sudah mulai sadar masalah pembuagan makanan dan berbuat sesuatu seperti: 

http://ariesha8187.blogspot.com/2013/03/orang-terpelajar-makan-makanan-terbuang.html

Jangan andaikan kenyataan ini 100% benar tapi ia memang hampir-hampir benar kerana Rafael Fellmer dan keluarganya dari Jerman hidup tanpa menggunakan duit dan jika mereka tiada pilihan lain kecuali menggunakan duit barulah duit akan digunakan.

Rafael dan keluarganya boleh dikatakan hidup secara sederhana dengan mendapatkan bekalan makanan daripada bahagian buangan sebuah pasaraya organik. Manakala untuk mendapatkan keperluan lain sistem barter akan digunakan.
Kalau dilihat dari foto makanannya, sepertinya makanan tersebut belum ada yang busuk atau berjamur, masih layak makan. (sumber foto dari http://en.forwardtherevolution.net/)

Ada juga yang sudah dapat memanfaatkan makanan yang terbuang dalam skala lebih besar seperti: 


http://www.hmetro.com.my/myMetro/articles/Sisabuanganadanilai/Article/index_html
Pernahkah terfikir menggunakan semula sisa makanan terbuang seperti roti yang luput tarikh, minyak masak terpakai, kerisik kelapa, organ ikan induk terbuang dan pucuk ubi tua?
Ramai tidak tahu sisa makanan terbuang berpotensi untuk dikitar semula bagi menghasilkan produk makanan ikan. Inilah yang dilakukan penternak ikan keli, Ibrahim Ahmad, 51, yang menggunakan sisa makanan terbuang untuk dikitar semula menjadi pelet ikan.